Menakar akar dari klub professional
( LSI )
Owner dari mymandapanda.net
Seperti yg sdh kita tahu, perkembangan sepakbola dunia
semakin mengarah kepada industrialisasi yang sangat masiv dan menguntungkan. Salah
satu contoh nyata adalah saat proses akuisisi klub inter Milan oleh pengusaha
taipan asal Indonesia, Erick thohir. Bukan
hanya Erick, namun banyak taipan2 dunia berinvestasi besar2an di klub2
sepakbola dunia seperti Chelsea, Manchester city, Real Madrid, dan lainnya.
Bagaimana dengan di asia? Jepang menjadi pionir dengan
j-league sebagai wadahnya mulai berkembang sejak tahun 2000-an, beberapa klub top jepang
seperti verdy Kawasaki, urawa red diamonds, dan sanfrecce Hiroshima mulai
mengadopsi sistem konsorsium dan atau menempel kepada perusahaan2 besar
berbasis kedaerahan. Hal ini tentunya menjadi pondasi kuat secara finansial
karena faktor uang adalah salah satu faktor utama dalam bisnis industrialisasi
dalam hal ini menghidupi suatu klub bola. Karena prestasi tidaklah murah.
Bergerak ke china juga setali tiga uang, salah satu menara
nya yaitu klub Guangzhou evergrande dengan sokongan evergrande real estate-nya,
menjadikan klub ini sangat kuat di sector finansial dan tidaklah aneh marcelo
lippi berhasil membawa klub ini jadi jawara di Asian champions league 2013
lalu, dan di tahun yg sama pula, klub ini menyabet gelar sebagai klub terbaik
di asia.
Apa kabar Indonesia? Perlahan tapi pasti, kompetisi tanah air
semakin menggeliat terutama dari segi bisnis. Semakin banyaknya perusahaan2
besar tergiur untuk berinvestasi karena pangsa pasar dari sebuah kompetisi
sepakbola kita ternyata terbesar nomer 2 setelah jepang!
Atas dasar itulah mengapa FIFA dan AFC begitu “enggan”
memberikan sanksi banned ketika konflik dualisme PSSI terjadi setahun kemarin. Begitu
powerful nya kekuatan pasar sepakbola kita meskipun dari segi prestasi jalan ditempat.
Sepakbola hari ini adalah UANG dan FANATISME. Hanya dua hal
itu yang bisa menggerakkan roda industri sepakbola Indonesia. Betapa kuatnya
sebuah fanatisme supporter dalam mendukung klub sehingga hal tersebut menjadi
suatu magnet bagi perusahaan dan pengusaha untuk “terpaksa” mendekat dan
akhirnya terciptalah simbiosis mutualisme. Pengusaha inves uang dan supporter menjadi
suatu barometer dari usaha untuk menaikkan image dan atau profit dari investasi
yg telah dikeluarkan. Dan klub menjadi suatu medium ditengah2nya, dan mau tidak
mau, klub otomatis tunduk kepada para investornya.
Dalam kesempatan ini saya akan sedikit memetakan “akar” klub2
profesional Indonesia yaitu seperti arema cronus, persib, pelita bandung raya, dan
persebaya persikubar. Semoga bermanfaat :
AREMA CRONUS :
PERSIB BANDUNG :
PERSEBAYA PERSIKUBAR :
PELITA BANDUNG RAYA :
0 komentar:
Posting Komentar